Teknologi Sistem Resirkulasi Untuk Pemeliharaan Induk Udang Vannamei (litopenaeus Vannamei)
DESKRIPSI TEKNOLOGI
Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi
Tujuan untuk mengembangkan usaha pemeliharaan induk vannamei dan memperoleh sistem pemeliharan yang sesuai untuk induk udang vannamei sehingga dapat meningkatkan produktivitas induk. Manfaat kegiatan untuk memperoleh nauplius yang bermutu dari induk vannamei .
PENGERTIAN/DEFINISI
Resirkulasi : Proses pergantian air yang dilakukan secara tertutup. Sistem perputaran air tertutup, tidak ada penambahan air dari luas sistem, kalaupun ada hanya sedikit sebagai pengganti air yang menguap.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Sistem resirkulasi pada pemeliharaan induk vannamei dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh air media pemeliharaan pada suhu 26o-27oC karena udang ini berasal dari Amerika yang bersuhu lebih rendah. Sistem resirkulasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh suhu air media pemeliharan yang stabil (26o-27oC). Untuk memperoleh kisaran suhu tersebut suhu 26o-27oC dilakukan modifikasi ruang pemeliharaan induk dengan memasangkan AC 1 PK sebanyak 2 buah dan agar suhu lebih stabil maka dibuatkan plafon pada ruang pemeliharaan induk.
Detail SOP mencakup
a. Gambaran/uraian/rincian teknologi
Sistem resirkulasi yang digunakan pada pemeliharaan induk vannamei asal Amerika dilakukan secara tiga tahap yaitu:
I. Air disaring pada saringa fisik dengan susunan arang dan pasir kuarsa,
II. Air disaing dengan filter fisik dengan system gravitasi denga n menggunakan zeolit, pasir kuarsa, karbon aktif/arang, ijuk dan batu kali,
III. Air disaring menggunakan ultra violet. Setelah itu air dimasukkan ke dalam bak pemeliharan induk.
b. Cara penerapan teknologi yang diurut mulai dari persiapan sampai aplikasi Dalam perekayasaan ini air laut yang digunakan dialirkan melalui sistem filtrasi BBAP Takalar yaitu air yang dipompa dari laut dialirkan dalan filter dengan material terdiri dari batu kali, pasir kwarsa dan arang tempurung. Kemudian air dialirkan ke dalam bak tandon untuk diendapkan. Dari bak tandon air dialirkan ke bak-bak pemeliharaan melalui presure filter dan ultraviolet.
Untuk mempertahankan kualitas`air di bak pemeliharaan maka dilakukan penyiponan dan proses sirkulasi. Pengukuran kualitas air seperti suhu, salinitas, DO dan pH dilakukan pada setiap hari, sedangkan alkalinitas dan TOM dilakukan setiap 3 hari.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Uraian tentang teknologi yang baru dan modifikasi
Pada pemeliharaan induk udang vanamei supaya produktif dan sehat diperlukan suhu air yang lebih rendah (26-27 C) dibandingkan dengan suhu air rata-rata di Indonesia berkisar antara 27.8-o 29.7o C. Untuk menurunkan suhu digunakan alat yang disebut Chiller, harganya cukup mahal sekali, sekitar Rp 50.000.000 hingga Rp 70.000.000. Untuk mengatasi hal tersebut maka diciptakan tempat dengan memodifikasi ruangan pemeliharaan induk induk dengan cara membuat plafon dan memasang AC 1 PK sebanyak 2 buah dan membuat sistem resirkulasi.
Uraian tentang keberhasilan teknologi
Lebih ekonomis karena tidak menggunakan pompa terus menerus dan chiller pendingin sehingga hemat biaya listrik dan hemat air karena tidak perlu memompa air dari luar/laut setiap hari, cukup mengganti sedikit saja.
Teknologi ini sangat layak diterapkan untuk pemeliharaan induk vanamei, karena tidak ada pergantian air dari luar sehingga kecil kemungkinan terkontaminasi dengan penyakit dari alam. Kandungan bakteri pada air media setelah penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah dari pada air awal (inlet) dan outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp pada outlet adalah 6,3.103 setalah tahap III adalah 5,0.101, Aeromonas sp adalah 9,7.102 setelah tahap III adalah 8,6.101 dan total bakteri adalah 1,6.105 setelah tahap III adalah 9,7.102. Jumlah telur pada pemeliharaan induk dengan sistem resirkulasi yaitu 69.320 butir telur dan hatching rate 49,88% sedangkan tanpa resirkulasi adalah 47.591 butir telur dan daya tetas telur 31,55 %. Persentase tingkat kelangsungan hidup dengan sistem resirkulasi pada induk jantan adalah 52,09% dan betina 48,64% sedangkan untuk pemeliharaan tanpa resirkulasi pada induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56 %.
Mudah diterapkan dalam sistem usaha kelautam dan perikanan Sistem resirkulasi ini mudah diterapkan dalam usaha perikanan budidaya
Sistem ini dapat diterima oleh pelaku usaha perbenihan udang vanamei.
Dari segi ekonomi, sistem resirkalasi ini lebih menguntungkan baik untuk penggunaannya/pengaplikasiannya maupun untuk pembuatannya.
Dari segi teknis, sistem resirkulasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat mereduksi kandungan bakteri pada media air pemeliharaan.
Selama pemeliharaan induk, dilakukan pengukuran kandungan bakteri Vibrio sp, Aeromonas sp dan Total Bakteri, dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Total Bakteri pada
Air Pemeliharaan Induk Selama Proses Resirkulasi
Total bakteri dalam sumber air yang akan dugunakan untuk bak induk (inlet) 5,2.103 cfu/ml akan meningkat menjadi 1,6.105 cfu/mlsetelah digunakan dalam bak induk., demikian juga pada bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp. Kandungan bakteri pada air di outlet meningkat tetapi perlahan menurun setelah melewati 3 tahapan penyaringan yang dilakukan dalam proses resirkulasi. Kandungan bakteri pada air media setelah penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah dari pada air awal (inlet) dan outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp pada outlet adalah 6,3.103 setalah tahap III adalah 5,0.101, Aeromonas sp adalah 9,7.102 setelah tahap III adalah 8,6.101 dan total bakteri adalah 1,6.105 setelah tahap III adalah 9,7. 102. Dari hasil pengukuran bakteri pada air media pemelihaan induk dengan sistem resirkulasi dengan menggunakan penyaringan fisik ganda dan ultraviolet, mampu mengurangi bakteri alam air media. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Kandungan Bakteri pada Air Media Pemeliharaan Induk
Jumlah dan daya tetas telur pada pemeliharaan induk dengan menggunakan sistem resirkulasi lebih besar dari pada pemeliharaan induk tanpa resirkulasi. Pada sistem resirkulasi jumlah telur 69. 320 butir dan menetas (hatching rate) 49,88% sedangkan yang tanpa resirkulasi jumlah telur 47.591 menetas 31,55%. Rendahnya jumlah telur yang dihasilkan dan juga daya tetasnya utamanya disebabkan kualitas air tidak stabil terutama sering terjadi fluktuasi perubahan suhu akibat dari pemasukan air dari luar sistem
Tabel 2. Hasil Pengukuran Jumlah dan Daya Tetas Telur
Gambar 2. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Induk
Vannamei selama Pemeliharaan
Pada sistem resirkulasi sintasan induk jantan adalah 52,09% dan betina 48,64% sedangkan untuk pemeliharaan tanpa resirkulasi sintasan pada induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56% . Tingkat kelangsungan hidup pada pemeliharaan induk dengan sistem resirkulasi lebih tinggi dibandingkan tanpa resirkulasi baik pada induk jantan maupun betina. Sintasan induk betina lebih rendah dari pada induk jantan baik pada sistem resirkulasi maupun sistem mengalir. Hal ini akibat dari adanya perlakuan ablasi yang kurang sempurna pada induk betina sehingga berakibat kematian.
Parameter kualitas air masih sangat layak untuk kehidupan induk udang vaname dan untuk bereproduksi.
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk (Litopenaeus vannamei) pada Sistem Resirkulasi. Dari segi infrastruktur, sistem rsirkulasi ini memiliki bentuk dan desain yang lebih baik dan layak dari sistem lainnya yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Ramah lingkungan
Dengan adanya sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei, lebih ramah lingkungan karena : 1. Tidak perlu melakukan pergantian air setiap harinya sehingga buangan limbah sebagai pencemar lingkungan dapat di kontrol 2.Dengan penggunaan penyaring dengan ultraviolet pada sistem resirkulasi ini, penggunaan bahan kimia dan obat-obatan dalam mereduksi bakteri dan mikroorganisme yang mempengaruhi air media pemeliharaan ikan, dapat dikurangi.
LOKASI PENELITIAN/DAERAH REKOMENDASI
Unit rancang bangun dan unit pembenihan udang windu dan vannamei di Balai Budidaya Air Payau Takalar, Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Kegiatan pembuatan dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember tahun 2006, namun pengkajian, pengembangan dan penerapan dilakukan sampai saat ini/sekarang dengan menggunakan biota perikanan lainnya. Lokasi wilayah yang direkomendasikan untuk penerapan teknologi sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei, pada dasarnya dapat digunakan pada semua kegiatan yang menginginkan penghematan air dan memperoleh air yang bebas mikroorganisme dan bakteri yang merugikan baik untuk kegiatan pemeliharaan ikan baik air laut maupun tawar.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Kandungan bakteri akan tinggi tetapi telah dipasangkan sistem penyaringan air menggunakan ultraviolet.
KELAYAKAN FINANSIAL
Tabel 3. Rincian Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem resirkulasi.
Untuk pembuatan plafon membutuhkan dana Rp 10.380.000,00.
Pembelian AC 1 PK sebanyak 2 buah @ Rp 3.800.000,00 sebesar Rp 7.600.000,00
Pembuatan sistem resirkulasi (pembuatan tower, pemasangan filter fisik, pembuatan outlet, pembuatan instalasi pipa, pembuatan UV) membutuhkan dana Rp 11.210.000,00.
Total dana yang dibutuhkan adalah Rp 29.190.000,00
Pembelian Chiller buatan impor dipasaran 1 paket (harga minimal) adalah Rp 50.000.000,00
Keuntungan yang diperoleh dengan penerapan sistem resirkulasi adalah: = Rp 50.000.000,00 - 29.190.000,00 = Rp 20.810.000,00 Jadi total keuntungan yang diperoleh dengan perapan sistem resisrkulasi adalah: Rp 20.810.000,00 Dari hasil yang diperloleh dalam Aplikasi Sistem Resirkulasi dalam Pemeliharaan Induk Vannamei dari segi kelayakan finansial, dapat dikatakan memberikan hasil yang menguntungkan untuk diterapkan karena dapat mengurangi pengguanaan air, baik dari segi pelestarian lingkungan maupun hasil produksi.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Tingkat komponen yang digunakan dalam kegiatan perekayasaan 90% produk dalam negeri dan 10 % dari luar negeri, dimana semua bahan dan peralatan yang dipakai dalam perekayasaan tersedia setiap saat dibutuhkan.
Sumber:
Faridah S., Syam S., dan Haruna. 2013. Teknologi Sistem Resirkulasi Untuk Pemeliharaan Induk Udang Vannamei (litopenaeus Vannamei). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi
Tujuan untuk mengembangkan usaha pemeliharaan induk vannamei dan memperoleh sistem pemeliharan yang sesuai untuk induk udang vannamei sehingga dapat meningkatkan produktivitas induk. Manfaat kegiatan untuk memperoleh nauplius yang bermutu dari induk vannamei .
PENGERTIAN/DEFINISI
Resirkulasi : Proses pergantian air yang dilakukan secara tertutup. Sistem perputaran air tertutup, tidak ada penambahan air dari luas sistem, kalaupun ada hanya sedikit sebagai pengganti air yang menguap.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Sistem resirkulasi pada pemeliharaan induk vannamei dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh air media pemeliharaan pada suhu 26o-27oC karena udang ini berasal dari Amerika yang bersuhu lebih rendah. Sistem resirkulasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh suhu air media pemeliharan yang stabil (26o-27oC). Untuk memperoleh kisaran suhu tersebut suhu 26o-27oC dilakukan modifikasi ruang pemeliharaan induk dengan memasangkan AC 1 PK sebanyak 2 buah dan agar suhu lebih stabil maka dibuatkan plafon pada ruang pemeliharaan induk.
Detail SOP mencakup
a. Gambaran/uraian/rincian teknologi
Sistem resirkulasi yang digunakan pada pemeliharaan induk vannamei asal Amerika dilakukan secara tiga tahap yaitu:
I. Air disaring pada saringa fisik dengan susunan arang dan pasir kuarsa,
II. Air disaing dengan filter fisik dengan system gravitasi denga n menggunakan zeolit, pasir kuarsa, karbon aktif/arang, ijuk dan batu kali,
III. Air disaring menggunakan ultra violet. Setelah itu air dimasukkan ke dalam bak pemeliharan induk.
b. Cara penerapan teknologi yang diurut mulai dari persiapan sampai aplikasi Dalam perekayasaan ini air laut yang digunakan dialirkan melalui sistem filtrasi BBAP Takalar yaitu air yang dipompa dari laut dialirkan dalan filter dengan material terdiri dari batu kali, pasir kwarsa dan arang tempurung. Kemudian air dialirkan ke dalam bak tandon untuk diendapkan. Dari bak tandon air dialirkan ke bak-bak pemeliharaan melalui presure filter dan ultraviolet.
Untuk mempertahankan kualitas`air di bak pemeliharaan maka dilakukan penyiponan dan proses sirkulasi. Pengukuran kualitas air seperti suhu, salinitas, DO dan pH dilakukan pada setiap hari, sedangkan alkalinitas dan TOM dilakukan setiap 3 hari.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Uraian tentang teknologi yang baru dan modifikasi
Pada pemeliharaan induk udang vanamei supaya produktif dan sehat diperlukan suhu air yang lebih rendah (26-27 C) dibandingkan dengan suhu air rata-rata di Indonesia berkisar antara 27.8-o 29.7o C. Untuk menurunkan suhu digunakan alat yang disebut Chiller, harganya cukup mahal sekali, sekitar Rp 50.000.000 hingga Rp 70.000.000. Untuk mengatasi hal tersebut maka diciptakan tempat dengan memodifikasi ruangan pemeliharaan induk induk dengan cara membuat plafon dan memasang AC 1 PK sebanyak 2 buah dan membuat sistem resirkulasi.
Uraian tentang keberhasilan teknologi
Lebih ekonomis karena tidak menggunakan pompa terus menerus dan chiller pendingin sehingga hemat biaya listrik dan hemat air karena tidak perlu memompa air dari luar/laut setiap hari, cukup mengganti sedikit saja.
Teknologi ini sangat layak diterapkan untuk pemeliharaan induk vanamei, karena tidak ada pergantian air dari luar sehingga kecil kemungkinan terkontaminasi dengan penyakit dari alam. Kandungan bakteri pada air media setelah penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah dari pada air awal (inlet) dan outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp pada outlet adalah 6,3.103 setalah tahap III adalah 5,0.101, Aeromonas sp adalah 9,7.102 setelah tahap III adalah 8,6.101 dan total bakteri adalah 1,6.105 setelah tahap III adalah 9,7.102. Jumlah telur pada pemeliharaan induk dengan sistem resirkulasi yaitu 69.320 butir telur dan hatching rate 49,88% sedangkan tanpa resirkulasi adalah 47.591 butir telur dan daya tetas telur 31,55 %. Persentase tingkat kelangsungan hidup dengan sistem resirkulasi pada induk jantan adalah 52,09% dan betina 48,64% sedangkan untuk pemeliharaan tanpa resirkulasi pada induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56 %.
Mudah diterapkan dalam sistem usaha kelautam dan perikanan Sistem resirkulasi ini mudah diterapkan dalam usaha perikanan budidaya
Sistem ini dapat diterima oleh pelaku usaha perbenihan udang vanamei.
Dari segi ekonomi, sistem resirkalasi ini lebih menguntungkan baik untuk penggunaannya/pengaplikasiannya maupun untuk pembuatannya.
Dari segi teknis, sistem resirkulasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat mereduksi kandungan bakteri pada media air pemeliharaan.
Selama pemeliharaan induk, dilakukan pengukuran kandungan bakteri Vibrio sp, Aeromonas sp dan Total Bakteri, dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Total Bakteri pada
Air Pemeliharaan Induk Selama Proses Resirkulasi
Total bakteri dalam sumber air yang akan dugunakan untuk bak induk (inlet) 5,2.103 cfu/ml akan meningkat menjadi 1,6.105 cfu/mlsetelah digunakan dalam bak induk., demikian juga pada bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp. Kandungan bakteri pada air di outlet meningkat tetapi perlahan menurun setelah melewati 3 tahapan penyaringan yang dilakukan dalam proses resirkulasi. Kandungan bakteri pada air media setelah penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah dari pada air awal (inlet) dan outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp pada outlet adalah 6,3.103 setalah tahap III adalah 5,0.101, Aeromonas sp adalah 9,7.102 setelah tahap III adalah 8,6.101 dan total bakteri adalah 1,6.105 setelah tahap III adalah 9,7. 102. Dari hasil pengukuran bakteri pada air media pemelihaan induk dengan sistem resirkulasi dengan menggunakan penyaringan fisik ganda dan ultraviolet, mampu mengurangi bakteri alam air media. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Kandungan Bakteri pada Air Media Pemeliharaan Induk
Jumlah dan daya tetas telur pada pemeliharaan induk dengan menggunakan sistem resirkulasi lebih besar dari pada pemeliharaan induk tanpa resirkulasi. Pada sistem resirkulasi jumlah telur 69. 320 butir dan menetas (hatching rate) 49,88% sedangkan yang tanpa resirkulasi jumlah telur 47.591 menetas 31,55%. Rendahnya jumlah telur yang dihasilkan dan juga daya tetasnya utamanya disebabkan kualitas air tidak stabil terutama sering terjadi fluktuasi perubahan suhu akibat dari pemasukan air dari luar sistem
Tabel 2. Hasil Pengukuran Jumlah dan Daya Tetas Telur
Gambar 2. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Induk
Vannamei selama Pemeliharaan
Pada sistem resirkulasi sintasan induk jantan adalah 52,09% dan betina 48,64% sedangkan untuk pemeliharaan tanpa resirkulasi sintasan pada induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56% . Tingkat kelangsungan hidup pada pemeliharaan induk dengan sistem resirkulasi lebih tinggi dibandingkan tanpa resirkulasi baik pada induk jantan maupun betina. Sintasan induk betina lebih rendah dari pada induk jantan baik pada sistem resirkulasi maupun sistem mengalir. Hal ini akibat dari adanya perlakuan ablasi yang kurang sempurna pada induk betina sehingga berakibat kematian.
Parameter kualitas air masih sangat layak untuk kehidupan induk udang vaname dan untuk bereproduksi.
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk (Litopenaeus vannamei) pada Sistem Resirkulasi. Dari segi infrastruktur, sistem rsirkulasi ini memiliki bentuk dan desain yang lebih baik dan layak dari sistem lainnya yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Ramah lingkungan
Dengan adanya sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei, lebih ramah lingkungan karena : 1. Tidak perlu melakukan pergantian air setiap harinya sehingga buangan limbah sebagai pencemar lingkungan dapat di kontrol 2.Dengan penggunaan penyaring dengan ultraviolet pada sistem resirkulasi ini, penggunaan bahan kimia dan obat-obatan dalam mereduksi bakteri dan mikroorganisme yang mempengaruhi air media pemeliharaan ikan, dapat dikurangi.
LOKASI PENELITIAN/DAERAH REKOMENDASI
Unit rancang bangun dan unit pembenihan udang windu dan vannamei di Balai Budidaya Air Payau Takalar, Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Kegiatan pembuatan dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember tahun 2006, namun pengkajian, pengembangan dan penerapan dilakukan sampai saat ini/sekarang dengan menggunakan biota perikanan lainnya. Lokasi wilayah yang direkomendasikan untuk penerapan teknologi sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei, pada dasarnya dapat digunakan pada semua kegiatan yang menginginkan penghematan air dan memperoleh air yang bebas mikroorganisme dan bakteri yang merugikan baik untuk kegiatan pemeliharaan ikan baik air laut maupun tawar.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Kandungan bakteri akan tinggi tetapi telah dipasangkan sistem penyaringan air menggunakan ultraviolet.
KELAYAKAN FINANSIAL
Tabel 3. Rincian Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem resirkulasi.
Untuk pembuatan plafon membutuhkan dana Rp 10.380.000,00.
Pembelian AC 1 PK sebanyak 2 buah @ Rp 3.800.000,00 sebesar Rp 7.600.000,00
Pembuatan sistem resirkulasi (pembuatan tower, pemasangan filter fisik, pembuatan outlet, pembuatan instalasi pipa, pembuatan UV) membutuhkan dana Rp 11.210.000,00.
Total dana yang dibutuhkan adalah Rp 29.190.000,00
Pembelian Chiller buatan impor dipasaran 1 paket (harga minimal) adalah Rp 50.000.000,00
Keuntungan yang diperoleh dengan penerapan sistem resirkulasi adalah: = Rp 50.000.000,00 - 29.190.000,00 = Rp 20.810.000,00 Jadi total keuntungan yang diperoleh dengan perapan sistem resisrkulasi adalah: Rp 20.810.000,00 Dari hasil yang diperloleh dalam Aplikasi Sistem Resirkulasi dalam Pemeliharaan Induk Vannamei dari segi kelayakan finansial, dapat dikatakan memberikan hasil yang menguntungkan untuk diterapkan karena dapat mengurangi pengguanaan air, baik dari segi pelestarian lingkungan maupun hasil produksi.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Tingkat komponen yang digunakan dalam kegiatan perekayasaan 90% produk dalam negeri dan 10 % dari luar negeri, dimana semua bahan dan peralatan yang dipakai dalam perekayasaan tersedia setiap saat dibutuhkan.
Sumber:
Faridah S., Syam S., dan Haruna. 2013. Teknologi Sistem Resirkulasi Untuk Pemeliharaan Induk Udang Vannamei (litopenaeus Vannamei). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.